NATAL, APAKAH ARTINYA?
LUKAS 2 : 12
“Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."
Tanda yang sangat jelas mengenai kesederhanaan yang menuntun kita kepada keselamatan kekal. Sudahkah kita mengerti dan menemukan arti sederhana?
Nyata bahwa Tuhan memilih orang "kecil" untuk memberitakan Kabar Sukacita; Tuhan berkenan memberitakan kepada kaum kecil yakni “gembala domba” ketika menjelang kelahiran Tuhan Yesus? Apa yang menjadi pertimbangan Tuhan melakukan seperti itu? Ada banyak konotasi yang dapat disampaikan berkaitan dengan hal tersebut, diantaranya dan yang paling penting adalah bahwa SIKAP PATUH dan TIDAK NEKO-NEKO yang dikehendaki TUHAN dalam memberitakan kelahiran sang JURU SELAMAT. Kenapa TUHAN tidak memberitakan kepada para bangsawan? Pembesar? Bahkan Raja? Alkitab mencatat dengan jelas bahwa orang-orang yang merasa “lebih” akan sangat sulit menerima berita yang nantinya akan mengancam eksistensi nya sebagai orang yang selama ini di anggap “lebih” oleh dunia.
Bagaimana iri dan dengki nya seorang Herodes ketika mendengar ada seseorang yang akan lahir dan akan mengancam eksistensi nya. Membabi buta, dan melakukan hal yang sangat kejam.
(“Tetapi apa
yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan
orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk
memalukan apa yang kuat,” 1 Kor.1:27)
Hal ini sebenarnya tercermin juga didalam kehidupan bergereja kita. Begitu banyak manusia Kristen yang hanya karena memiliki sedikit kemampuan dibandingkan dengan yang lain nya, menjadi sangat dominan. Berbagai manuver dilakukan agar tetap dianggap eksis, walaupun tindakan nya sering kali menyebabkan sesama nya “terluka” dan biasanya tindakan nya hanya “omong belaka” alias NATO (No Action Talk Only). Jangankan menyumbangkan sedikit hartanya untuk sesamanya, menyumbangkan tenaganyapun sangat jarang dilakukan. Yang jelas mau nya hanya ingin tampil, dilihat orang lain agar kelihatan paling OKE, paling bisa melayani, paling bisa mengatur. Contoh yang nyata adalah terjadi pada kegiatan latihan Paduan Suara Gereja, pada saat latihan sangat jarang muncul, tetapi begitu tampil mereka muncul dengan tidak merasa bersalah. “Lagunya gampang, koq.” Alasan nya ringan, Lebih celakanya lagi dan mereka bisa-bisanya mengatakan: “Paduan Suara Tidak akan jalan, kalau tidak ada aku!” Sungguh, hatinya sudah dipenuhi dengan iblis.
Didalam kepanitian perayaan Natal pun, orang-orang tersebut tetap saja mengedepankan Ego nya, lihatlah dan perhatikan mereka hanya diam, kalaupun toh mereka angkat bicara, mereka hanya bicara yang tidak jelas, tetapi lihatlah dan perhatikanlah orang-orang berhati tulus yang mau bekerja, tidak kenal lelah siang dan malam, berjibaku memikirkan, membicarakan, sekaligus melakukan pekerjaan untuk supaya kegiatan Natal bejalan dengan baik. Kesaksian pelayanan mereka sungguh menyenangkan hati TUHAN. Disetiap kesempatan yang ada, mereka hanya menginginkan agar Perayaan Natal berjalan sesempurna mungkin. Kerendahan hati sungguh terpancar didalam upaya penggalangan di setiap sumber daya yang ada.
Kemudian, siapakah kita ini?
Bukan kah kita ini hanya hamba? Kemudian apa yang membuat kita sombong? Apa yang kita jadikan modal untuk sombong? Kekayaan kita? Jabatan kita? Talenta menyanyi kita? Atau hanya kepandaian kita dalam hal berbicara?
Pada hari ini kita kembali diingatkan oleh Bpk. Pdt. Gidyon M.Th (Kebaktian pagi, 18 Desember 2011, GKI Gresik) bahwa sepantasnyalah sebagai kaum pengikut Kristus kita di “sarankan” untuk tidak mengedepankan EGO kita. Ego adalah jelas berhubungan erat dengan kemauan kita sendiri yang cenderung negative. Sak karepe dewe adalah pola hidup yang sangat di sukai oleh Iblis, merusak tatanan hidup kristiani adalah hasil dari sebuah hidup yang sak kerepe dewe. Merasa mampu, merasa memiliki talenta yang lebih, merasa tidak butuh orang lain, dan mungkin merasa tidak mampu merubah hati menjadi murah hati didalam membantu sesama nya dengan nyata dari sesuatu yang telah diberikan Tuhan adalah beberapa hal yang berkaitan dengan munculnya kesombongan didalam setiap manusia.
Sadar atau tidak kehidupan Kristiani sekarang ini tidak lebih dari hanya sebuah symbol. Datang kebaktian minggu di Gereja hanyalah sebuah rutinitas bahkan hanya untuk sebuah pamer, BUKAN merupakan sebuah kebutuhan yang mendalam akan pentingnya BELAJAR MEMAHAMI Firman Tuhan..! Pertanyaan buat kita sebagai umat TUHAN adalah: “Benarkah kita ini kaum nya KRISTUS?”
SELAMAT MENYAMBUT NATAL 2011
Ref:
• Kotbah Minggu 18 Des 2011- Bpk. Pdt. Gydion M.Th
• Bpk. Pnt. Horas Siburian
No comments:
Post a Comment